Blog

Blog

Proses Terjadinya Masyarakat (Kebhinnekaan Masyarakat)

Proses Terjadinya Masyarakat (Kebhinnekaan Masyarakat). Dikutip dari buku “Kebhinnekaan Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia” karya Budiono Kusumohamidjojo (2022), bahwa proses terjadinya masyarakat dapat dijelaskan dari dua prinsip pengelompok manusia, yaitu:     Bagaimana dengan pembentukan masyarakat di Indonesia? Masyarakat Indonesia terbentuk melalui proses gabungan dari kedua prinsip tersebut. Namun, di sebagian masyarakat tertentu ada yang lebih dominan dengan prinsip genealogis dan diseabgian lainnya ditentukan dengan prinsip organisasi. Budiono Kusumohamidjojo (2022), memaparkan lebih jelas kedua prinspi pengelompokan masyarakat tersebut sebagai berikut. 1. Prinsip Pengelompokan Manusia Berdasarkan Garis Genealogis        Banyak teori yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana manusia berkembang-biak hingga mencapai tingkat seperti yang kita alami sekarang (jumlah manusia sekarang (tahun 2022) ditaksir sebanyak 8 miliar orang). Meskipun demikian, pada umumnya terdapat kesepakatan di kalangan para ahli antropologi, bahwa besaran kehidupan bersama manusia yang paling kecil adalah apa yang kita sebut nuclear family, atau dalam bahasa kita lazim disebut sebagai “keluarga batih”        Standar dari suatu keluarga batih adalah kehidupan bersama yang dijalani oleh sepasang pria dan wanita dewasa beserta anak-anak yang dihasilkan dari hubungan seksual di antara pasangan dewasa tadi. Jika keluarga batih yang terdiri dari dua generasi itu berkembang dan mencakup anggota keluarga yang meliputi juga generasi-generasi yang lebih jauh, maka terbentuklah extended family, atau disebut “keluarga besar”. Genealogi dari suatu keluarga besar bersifat relatif, karena ke dalamnya bisa bergabung anggota keluarga yang berasal dari garis keturunan ibu (matrilineal) atau ayah (patrilineal) atau juga dari keduanya (parental).      Jika keluarga besar tersebut berkembang secara konsisten menurut salah satu garis keturunan saja maka akan membentuk clan (Eng: marga). Gabungan dari sejumlah clan akan menghasilkan suatu suku bangsa, dan  gabungan dari sejumlah suku bangsa akan membentuk suatu etnik.       Prinsip pengelompokan manusia berdasarkan garis genealogis adalah prinsip pengelompokan yang berlangsung secara biologis, dan pengelompokan manusia berdasarkan prinsip biologis yang paling besar adalah Ras. Pembahasan Ras dibahas lebih jauh pada bagian lain di buku ini:         Di samping itu juga diakui luas, bahwa sebagian besar suku-bangsa di Indonesia pada akhirnya merupakan hasil dari percampuran antar-ras, atau paling sedikit antar-etnik. Jadi sebenarnya kita bisa mempertanyakan, bagaimana pengertian “orang Indonesia asli”? 2. Prinsip Pengelompokan Manusia Berdasarkan Kategori Organisasi Menurut observasi, pengelompokan itu bisa terjadi juga berdasarkan prinsip organisatoris yang meliputi (1) intensitas perjumpaan, (2) berdasarkan kesamaan kepentingan, (3) berdasarkan lama atau singkatnya relasi yang terjalin, serta (4) berdasarkan cara berorganisasi. Beberapa contoh dari keempat kategori tersebut yaitu: Dari uraian pengelompokan tadi, apakah sebenarnya masyarakat itu? Menurut Budiono, masyarakat dapat diartikan sebagai kelompok manusia yang hidup relatif sebagai kebersamaan berdasarkan suatu tatanan kebudayaan tertentu. Artinya, adalah kebudayaan yang menjadi ciri identifikatif dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Tetapi untuk menjadi suatu masyarakat, suatu kelompok manusia biasanya “menganut” beberapa kategori pengelompokan relatif sekaligus. Ada sejumlah masyarakat yang mengikatkan diri karena faktor ras, bahasa, agama dan kebiasaan yang sama.

Selengkapnya »
Blog

Literasi Digital dan Generasi Milenial

Tahukah Anda jika Indonesia termasuk negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia? Hal ini juga terlihat dari data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), bahwa pengguna internet di Indonesia tahun 2017 sekitar 132 juta orang. Angka ini tumbuh sebanyak 51 persen dalam kurun waktu satu tahun saja. Peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia akan sangat menunjang perkembangan dunia digitalnya. Perkembangan ini tidak selamanya membawa dampak positif. Akan tetapi, berkembangnya peralatan digital dan akses akan informasi dalam bentuk digital akan menimbulkan tantangan juga. Tantangan yang dimaksud adalah kekhawatiran terhadap generasi muda. Jumlah generasi muda yang mengakses internet sangatlah besar. Menurut data, kurang lebih 70 juta orang generasi muda menggunakan internet. Kekhawatiran terhadap perilaku generasi muda dalam berinternet cukuplah beralasan. Mereka dalam satu hari lebih banyak menghabiskan waktu untuk berinternet. Menurut survey, generasi muda mampu berinternet lebih kurang 5 jam perharinya. Apalagi banyak di antara mereka yang mengakses konten berbau pornografi. Selain itu, mereka juga banyak yang berinternet secara tidak sehat. Contohnya dengan menyebarnya berita atau informasi hoaks, ujaran kebencian, dan intoleransi di media sosial. Problematika ini tentunya menjadi tantangan besar bagi kita semua dalam rangka mempersiapkan generasi milenial yang memiliki kompetensi digital. Generasi muda memang sudah sangat mahir mengakses media digital. Namun, kemampuan itu belum diimbangi dengan kemampuan menggunakan media digital untuk pengembangan diri. Menurut catatan dari Kominfo, saat ini jumlah media digital di Indonesia tercatat sekitar 43.400. Adapun yang terdaftar di Dewan Pers sekitar 243 media saja. Jumlah media digital yang semakin meningkat, baik resmi atau tidak, berhubungan langsung maupun tidak dengan merosotnya budaya baca masyarakat. Sekarang ini, gawai (gadget) mampu mengalihkan perhatian orang dari buku. Selain tantangan, perkembangan media digital juga membuka peluang bisnis e-commerce, lahirnya lapangan kerja baru berbasis media digital, dan pengembangan kemampuan literasi digital. Pada bidang e-commerce, perusahaan dapat meningkatkan pemasaran barang dan jasa secara global. Hal itu juga mengurangi waktu dan biaya promosi dari barang dan jasa yang dipasarkan. Hal itu karena informasi yang diunggah ke internet dapat diakses secara terus-menurus di internet. Melalui media digital, muncul pula lapangan pekerjaan baru, seperti ojek atau taksi daring, media sosial analisis, dan pemasaran media sosial. Pada bidang literasi digital, peralatan dan jaringan internet dapat membantu mengembangkan kemampuan literasi. Melalui digitalisasi, kita dapat menjadi media perantara menuju praktik literasi teks berbasis cetak. Contohnya, para blogger dapat diarahkan untuk mengumpulkan tulisan dan bisa dicetak menjadi buku. Kita juga dapat melatih orang-orang yang gemar menulis di jejaring sosial untuk mengemukakan gagasannya secara lebih baik lagi. Selain itu, dalam mengembangkan dunia literasi digital, Douglas A.J. Belshaw dalam tesisnya “What is Digital Literacy?” (2011) mengatakan ada delapan elemen esensial berikut ini.

Selengkapnya »
Blog

Peran Masyarakat dalam Pendidikan Masa Kini

Dunia pendidikan nasional, akhir-akhir ini, tercoreng oleh tindakan beberapa orang yang tidak bertanggung jawab. Misalnya, belakangan ini kita dikejutkan oleh kasus-kasus seperti pemukulan guru di Makassar, pembunuhan guru di Bima, dan yang paling hangat adalah terbunuhnya guru kesenian di Sampang, Madura. Boleh jadi, kasus-kasus itu bukanlah yang terakhir. Di luar sana, besar kemungkinan, masih banyak kejadian serupa yang menimpa pendidik dan tidak terungkap oleh media massa. Apalagi dengan keluarnya aturan Undang-Undang Perlindungan Anak, namun di sisi lain tidak disertai dengan dirilisnya “undang-undang perlindungan guru”. Tentu, ini akan sangat membatasi gerak guru dalam mendidik siswa di lingkungan sekolah. Mereka takut, bila dalam melakukan pendidikan malah berujung penjara. Salah satu contohnya adalah kasus pencubitan terhadap siswa yang dilakukan oleh guru  yang langsung dilaporkan oleh orang tua siswa ke ranah hukum. Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk  menyikapi hal itu? Menurut pendapat para ahli, tingkat budaya literasi berbanding lurus dengan kualitas suatu bangsa. Kebiasaan membaca yang tinggi akan memengaruhi wawasan, mental, dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, gerakan literasi menjadi salah satu solusi peningkatan mutu sumber daya manusia dan dapat menghindarkan adanya kekerasan di lingkungan pendidikan. Pada tingkat sekolah, gerakan literasi dapat dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Hal ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan terkait dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, serta mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif. Sebagaimana menurut Dirjen Dikdasmen, (2016:29-30) pada tataran sekolah dasar, peserta didik diminta membaca dan menanggapi buku nonteks pelajaran minimal 6 buku, tataran SMP minimal 12 buku, dan tataran SMA/SMK minimal 18 buku. Jadi, kuncinya banyaklah membaca.

Selengkapnya »
Scroll to Top