Blog

Your blog category

Blog

Pembelajaran Mendalam: Menyemai Pendidikan Bermutu untuk Semua

Dalam menghadapi tantangan zaman dan kebutuhan kompetensi abad ke-21, sistem pendidikan dituntut untuk tidak hanya mengejar penguasaan materi, tetapi juga membentuk pribadi yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Konsep Pembelajaran Mendalam hadir sebagai pendekatan pedagogis yang menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif, menghargai kemanusiaan, dan mendorong pengembangan potensi secara holistik. Berdasarkan situs resmi Kurikulum Nasional Kemdikbud, pembelajaran mendalam memperkaya pendekatan pembelajaran dengan karakteristik pedagogi baru. Artikel ini akan menguraikan pengertian, prinsip, pelaksanaan, dan implikasi pembelajaran mendalam di sekolah. Pengertian Pembelajaran Mendalam Menurut Kemdikbud, Pembelajaran Mendalam adalah pendekatan yang memuliakan dengan menekankan penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu. Beberapa elemen penting dalam pengertian ini: Memuliakan: menghargai potensi, martabat, dan nilai-nilai kemanusiaan setiap peserta didik. Berkesadaran: proses belajar dilakukan dengan kesadaran, motivasi intrinsik, dan regulasi diri oleh peserta didik. Bermakna: ilmu yang dipelajari memiliki relevansi dengan kehidupan nyata dan pengalaman peserta didik, serta memungkinkan konstruksi pengetahuan baru. Menggembirakan: suasana belajar positif, menyenangkan, menantang, serta mengundang keterlibatan emosional. Dengan demikian, pembelajaran mendalam tidak semata tentang konten atau materi, tetapi tentang pengalaman belajar yang penuh makna dan manusiawi. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Mendalam Agar pembelajaran mendalam dapat terlaksana secara efektif, terdapat prinsip-prinsip utama yang harus dijadikan pijakan: BerkesadaranPeserta didik memiliki kesadaran atas tujuan pembelajaran, motivasi intrinsik, dan mampu mengembangkan strategi belajar mandiri (metakognisi). BermaknaMateri dan pengalaman pembelajaran dirancang agar siswa merasakan manfaatnya, mengaitkan dengan pengalaman nyata, serta membangun dari pengetahuan lama ke pengetahuan baru. MenggembirakanLingkungan belajar yang positif, penuh kehangatan, memberi tantangan yang sesuai, dan menghargai kontribusi peserta didik sehingga mereka termotivasi untuk aktif. Prinsip-prinsip tersebut saling mendukung dan harus dikonstruksi dalam rancangan pembelajaran. Kerangka dan Komponen Pembelajaran Mendalam Untuk mendesain pembelajaran mendalam secara sistematis, Kemdikbud menyajikan kerangka kerja yang terdiri dari beberapa komponen: Dimensi Profil LulusanMenjadi panduan kompetensi yang hendak dikembangkan: keimanan & ketakwaan, kewargaan, kreativitas, penalaran kritis, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, komunikasi.  Prinsip PembelajaranPrinsip berkesadaran, bermakna, menggembirakan sebagai dasar konsep pedagogi.  Pengalaman BelajarProses dialami peserta didik melalui langkah: memahami (explore), mengaplikasi (practice), merefleksi (reflect).  Kerangka Pembelajaran (Desain)Komponen desain yang harus dioptimalkan: praktik pedagogis (strategi pengajaran), kemitraan pembelajaran (kolaborasi guru-siswa-mitra), lingkungan pembelajaran (fisik & sosial), dan pemanfaatan digital (teknologi).  Kerangka ini diadaptasi dari “Four Elements of Learning Design” dari New Pedagogies for Deep Learning (nama internasional). Manfaat dan Tantangan Manfaat Membentuk peserta didik yang kompeten secara intelektual, tetapi juga berkarakter dan bernilai Mendorong motivasi intrinsik dan kebiasaan belajar mandiri Menghubungkan pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata, sehingga siswa melihat relevansi Menumbuhkan iklim sekolah inklusif dan menghargai perbedaan Memanfaatkan teknologi secara bijak sebagai alat bantu pembelajaran Tantangan Kesiapan guru dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran mendalam Keterbatasan sarana dan prasarana, terutama teknologi dan ruang belajar Waktu dan beban kurikuler yang padat, sulit memberi ruang eksplorasi mendalam Perlu kolaborasi kuat antara guru, orang tua, komunitas, dan pemangku pendidikan Menjaga keseimbangan agar tidak sekadar “menyenangkan” tanpa kedalaman materi Penutup Pembelajaran mendalam bukan sekadar “tren”, melainkan sebuah paradigma pendidikan yang menuntut pergeseran cara pandang: dari guru sebagai pengajar ke fasilitator yang memuliakan peserta didik. Dengan prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan serta penerapan olah pikir, hati, rasa, dan raga dalam pembelajaran terpadu, diharapkan lahirlah generasi yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga bermutu dalam nilai dan karakter.

Blog

Proses Terjadinya Masyarakat (Kebhinnekaan Masyarakat)

Proses Terjadinya Masyarakat (Kebhinnekaan Masyarakat). Dikutip dari buku “Kebhinnekaan Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia” karya Budiono Kusumohamidjojo (2022), bahwa proses terjadinya masyarakat dapat dijelaskan dari dua prinsip pengelompok manusia, yaitu:     Bagaimana dengan pembentukan masyarakat di Indonesia? Masyarakat Indonesia terbentuk melalui proses gabungan dari kedua prinsip tersebut. Namun, di sebagian masyarakat tertentu ada yang lebih dominan dengan prinsip genealogis dan diseabgian lainnya ditentukan dengan prinsip organisasi. Budiono Kusumohamidjojo (2022), memaparkan lebih jelas kedua prinspi pengelompokan masyarakat tersebut sebagai berikut. 1. Prinsip Pengelompokan Manusia Berdasarkan Garis Genealogis        Banyak teori yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana manusia berkembang-biak hingga mencapai tingkat seperti yang kita alami sekarang (jumlah manusia sekarang (tahun 2022) ditaksir sebanyak 8 miliar orang). Meskipun demikian, pada umumnya terdapat kesepakatan di kalangan para ahli antropologi, bahwa besaran kehidupan bersama manusia yang paling kecil adalah apa yang kita sebut nuclear family, atau dalam bahasa kita lazim disebut sebagai “keluarga batih”        Standar dari suatu keluarga batih adalah kehidupan bersama yang dijalani oleh sepasang pria dan wanita dewasa beserta anak-anak yang dihasilkan dari hubungan seksual di antara pasangan dewasa tadi. Jika keluarga batih yang terdiri dari dua generasi itu berkembang dan mencakup anggota keluarga yang meliputi juga generasi-generasi yang lebih jauh, maka terbentuklah extended family, atau disebut “keluarga besar”. Genealogi dari suatu keluarga besar bersifat relatif, karena ke dalamnya bisa bergabung anggota keluarga yang berasal dari garis keturunan ibu (matrilineal) atau ayah (patrilineal) atau juga dari keduanya (parental).      Jika keluarga besar tersebut berkembang secara konsisten menurut salah satu garis keturunan saja maka akan membentuk clan (Eng: marga). Gabungan dari sejumlah clan akan menghasilkan suatu suku bangsa, dan  gabungan dari sejumlah suku bangsa akan membentuk suatu etnik.       Prinsip pengelompokan manusia berdasarkan garis genealogis adalah prinsip pengelompokan yang berlangsung secara biologis, dan pengelompokan manusia berdasarkan prinsip biologis yang paling besar adalah Ras. Pembahasan Ras dibahas lebih jauh pada bagian lain di buku ini:         Di samping itu juga diakui luas, bahwa sebagian besar suku-bangsa di Indonesia pada akhirnya merupakan hasil dari percampuran antar-ras, atau paling sedikit antar-etnik. Jadi sebenarnya kita bisa mempertanyakan, bagaimana pengertian “orang Indonesia asli”? 2. Prinsip Pengelompokan Manusia Berdasarkan Kategori Organisasi Menurut observasi, pengelompokan itu bisa terjadi juga berdasarkan prinsip organisatoris yang meliputi (1) intensitas perjumpaan, (2) berdasarkan kesamaan kepentingan, (3) berdasarkan lama atau singkatnya relasi yang terjalin, serta (4) berdasarkan cara berorganisasi. Beberapa contoh dari keempat kategori tersebut yaitu: Dari uraian pengelompokan tadi, apakah sebenarnya masyarakat itu? Menurut Budiono, masyarakat dapat diartikan sebagai kelompok manusia yang hidup relatif sebagai kebersamaan berdasarkan suatu tatanan kebudayaan tertentu. Artinya, adalah kebudayaan yang menjadi ciri identifikatif dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Tetapi untuk menjadi suatu masyarakat, suatu kelompok manusia biasanya “menganut” beberapa kategori pengelompokan relatif sekaligus. Ada sejumlah masyarakat yang mengikatkan diri karena faktor ras, bahasa, agama dan kebiasaan yang sama.

Blog

Literasi Digital dan Generasi Milenial

Tahukah Anda jika Indonesia termasuk negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia? Hal ini juga terlihat dari data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), bahwa pengguna internet di Indonesia tahun 2017 sekitar 132 juta orang. Angka ini tumbuh sebanyak 51 persen dalam kurun waktu satu tahun saja. Peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia akan sangat menunjang perkembangan dunia digitalnya. Perkembangan ini tidak selamanya membawa dampak positif. Akan tetapi, berkembangnya peralatan digital dan akses akan informasi dalam bentuk digital akan menimbulkan tantangan juga. Tantangan yang dimaksud adalah kekhawatiran terhadap generasi muda. Jumlah generasi muda yang mengakses internet sangatlah besar. Menurut data, kurang lebih 70 juta orang generasi muda menggunakan internet. Kekhawatiran terhadap perilaku generasi muda dalam berinternet cukuplah beralasan. Mereka dalam satu hari lebih banyak menghabiskan waktu untuk berinternet. Menurut survey, generasi muda mampu berinternet lebih kurang 5 jam perharinya. Apalagi banyak di antara mereka yang mengakses konten berbau pornografi. Selain itu, mereka juga banyak yang berinternet secara tidak sehat. Contohnya dengan menyebarnya berita atau informasi hoaks, ujaran kebencian, dan intoleransi di media sosial. Problematika ini tentunya menjadi tantangan besar bagi kita semua dalam rangka mempersiapkan generasi milenial yang memiliki kompetensi digital. Generasi muda memang sudah sangat mahir mengakses media digital. Namun, kemampuan itu belum diimbangi dengan kemampuan menggunakan media digital untuk pengembangan diri. Menurut catatan dari Kominfo, saat ini jumlah media digital di Indonesia tercatat sekitar 43.400. Adapun yang terdaftar di Dewan Pers sekitar 243 media saja. Jumlah media digital yang semakin meningkat, baik resmi atau tidak, berhubungan langsung maupun tidak dengan merosotnya budaya baca masyarakat. Sekarang ini, gawai (gadget) mampu mengalihkan perhatian orang dari buku. Selain tantangan, perkembangan media digital juga membuka peluang bisnis e-commerce, lahirnya lapangan kerja baru berbasis media digital, dan pengembangan kemampuan literasi digital. Pada bidang e-commerce, perusahaan dapat meningkatkan pemasaran barang dan jasa secara global. Hal itu juga mengurangi waktu dan biaya promosi dari barang dan jasa yang dipasarkan. Hal itu karena informasi yang diunggah ke internet dapat diakses secara terus-menurus di internet. Melalui media digital, muncul pula lapangan pekerjaan baru, seperti ojek atau taksi daring, media sosial analisis, dan pemasaran media sosial. Pada bidang literasi digital, peralatan dan jaringan internet dapat membantu mengembangkan kemampuan literasi. Melalui digitalisasi, kita dapat menjadi media perantara menuju praktik literasi teks berbasis cetak. Contohnya, para blogger dapat diarahkan untuk mengumpulkan tulisan dan bisa dicetak menjadi buku. Kita juga dapat melatih orang-orang yang gemar menulis di jejaring sosial untuk mengemukakan gagasannya secara lebih baik lagi. Selain itu, dalam mengembangkan dunia literasi digital, Douglas A.J. Belshaw dalam tesisnya “What is Digital Literacy?” (2011) mengatakan ada delapan elemen esensial berikut ini.

Blog

Peran Masyarakat dalam Pendidikan Masa Kini

Dunia pendidikan nasional, akhir-akhir ini, tercoreng oleh tindakan beberapa orang yang tidak bertanggung jawab. Misalnya, belakangan ini kita dikejutkan oleh kasus-kasus seperti pemukulan guru di Makassar, pembunuhan guru di Bima, dan yang paling hangat adalah terbunuhnya guru kesenian di Sampang, Madura. Boleh jadi, kasus-kasus itu bukanlah yang terakhir. Di luar sana, besar kemungkinan, masih banyak kejadian serupa yang menimpa pendidik dan tidak terungkap oleh media massa. Apalagi dengan keluarnya aturan Undang-Undang Perlindungan Anak, namun di sisi lain tidak disertai dengan dirilisnya “undang-undang perlindungan guru”. Tentu, ini akan sangat membatasi gerak guru dalam mendidik siswa di lingkungan sekolah. Mereka takut, bila dalam melakukan pendidikan malah berujung penjara. Salah satu contohnya adalah kasus pencubitan terhadap siswa yang dilakukan oleh guru  yang langsung dilaporkan oleh orang tua siswa ke ranah hukum. Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk  menyikapi hal itu? Menurut pendapat para ahli, tingkat budaya literasi berbanding lurus dengan kualitas suatu bangsa. Kebiasaan membaca yang tinggi akan memengaruhi wawasan, mental, dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, gerakan literasi menjadi salah satu solusi peningkatan mutu sumber daya manusia dan dapat menghindarkan adanya kekerasan di lingkungan pendidikan. Pada tingkat sekolah, gerakan literasi dapat dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Hal ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan terkait dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, serta mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif. Sebagaimana menurut Dirjen Dikdasmen, (2016:29-30) pada tataran sekolah dasar, peserta didik diminta membaca dan menanggapi buku nonteks pelajaran minimal 6 buku, tataran SMP minimal 12 buku, dan tataran SMA/SMK minimal 18 buku. Jadi, kuncinya banyaklah membaca.

Blog

Menyoal Hoaks dan Daya Nalar Kita

Akhir-akhir ini Indonesia sempat gaduh akibat adanya hoaks yang menyebar di masyarakat. Misalnya, kasus penganiayaan hingga tewas terhadap pemuka agama, kasus perusakan tempat ibadah di beberapa wilayah, dan kasus-kasus lainnya. Berita tersebut memang benar adanya. Namun, semenjak kasus tersebut mencuat, hoaks yang memberitakan hal serupa bermunculan di mana-mana. Sayangnya,  berita tersebut dibumbui unsur-unsur negatif. Lantas, apa yang terjadi? Hoaks-hoaks tersebut justru diamini oleh sebagian orang dan berhasil menggiring opini publik. Berangkat dari hal tersebut, timbullah pertanyaan apakah fungsi penalaran pembuat hoaks tersebut sudah tidak berfungsi? Tak jelas motif mereka membuat hoaks tersebut, namun yang jelas Indonesia sempat gaduh dengan berita-berita serupa yang bermunculan. Hoaks (dalam bahasa Inggris, hoax) bermakna berita bohong, sangat bertolak belakang dengan makna kejujuran–yang artinya mengungkapkan sesuatu secara apa adanya. Hal tersebut berarti bahwa pembuat hoaks tersebut jauh dari nilai-nilai kejujuran dan kemampuannya menalar dipertanyakan. Begitu pula dengan masyarakat yang ikut, secara sadar maupun tidak sadar-menyebarluaskan hoaks tersebut di media sosial. Mengapa kejujuran dikaitkan dengan penalaran? Menurut M. Zaid Wahyudi, dalam artikelnya yang diterbitkan Kompas (25/04/2013), orang yang tidak jujur adalah orang yang tidak mampu menalar. Ternyata, kejujuran tidak hanya dapat ditingkatkan secara afektif saja. Aspek kognitif pun berperan dalam  pengembangan sikap ini. Lebih lanjut, Zaid Wahyudi mengungkapkan bahwa bagian otak yang berperan untuk meningkatkan kejujuran adalah bagian korteks prefontalis. Bagian otak tersebut akan terus berkembang jika kita terus melatihnya dengan kemampuan berpikir logis. Kemampuan berpikir logis inilah yang dapat kita kedepankan untuk meningkatkan sikap jujur pada pribadi seseorang. Secara jangka panjang, sikap jujur ini dapat dilatih di dunia pendidikan dengan mengarahkan siswa untuk berpikir secara logis atau berdasarkan logika. Proses di ranah pendidikan tersebut, yang mengedepankan logika berpikir, akan semakin meningkatkan kemampuan menalar siswa. Sementara itu, di lingkungan keluarga, sikap jujur dapat diajarkan oleh orang tua dengan pengembangan spiritualitas anak; mengajarkan bahwa sikap jujur merupakan sikap yang dianjurkan agama. Hal yang tak kalah penting lainnya adalah sikap tidak jujur merupakan sikap yang jauh dari nilai-nilai ajaran agama. Peran pendidikan di sekolah dan di rumah tersebut diharapkan dapat melahirkan generasi bangsa yang mampu menalar dengan berlandaskan nilai-nilai spiritual. Lantas, apa yang harus kita lakukan dalam menyikapi hoaks itu? Menalarlah, berpikir logislah, dan cerdaslah dalam menyikapi ketidakjujuran berbentuk hoaks tersebut. Cerdaslah dalam melihat apakah berita yang tersebar dapat dipertanggungjawabkan? Apakah berita tersebut perlu kita sebarluaskan? Hal itulah yang dapat kita lakukan dalam menyikapi hoaks saat ini. Untuk jangka panjang, didiklah anak/siswa kita dalam berpikir logis dan tingkatkanlah spiritualitas mereka dengan menjadi figur orang tua yang jujur dan layak mereka contoh. Jika hal tersebut dapat kita lakukan, tak hanya hoaks yang dapat kita antisipasi, namun krisis moral berbentuk ketidakjujuran dapat kita hindarkan dari negeri kita yang tercinta ini.

Blog

Memahami Perbedaan Buku Teks Utama dan Buku Teks Pendamping

Sebagai seorang pelajar, kamu tentu sudah familiar dengan istilah “buku teks”. Tapi, tahukah kamu bahwa ada dua jenis buku teks yang umum digunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu buku teks utama dan buku teks pendamping? Apa yang dimaksud dengan buku teks utama? Buku teks utama adalah buku wajib yang digunakan oleh seluruh siswa dalam suatu kelas. Biasanya, buku ini diterbitkan oleh pemerintah atau Kementerian. Isi buku teks utama meliputi: Materi inti sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan Penjelasan materi yang sistematis dan terstruktur Latihan soal dan aktivitas untuk menguji pemahaman siswa Sedangkan, apa itu buku teks pendamping? Buku teks pendamping adalah buku opsional yang digunakan untuk memperkaya pembelajaran. Buku ini dapat membantu siswa untuk: Memperdalam pemahaman materi Memperluas pengetahuan Meningkatkan keterampilan Isi buku teks pendamping bisa beragam, seperti: Materi tambahan yang lebih mendalam Contoh-contoh aplikasi materi dalam kehidupan nyata Latihan soal yang lebih menantang Tips dan trik belajar Tips Memilih dan Menggunakan Buku Teks yang Tepat: Gunakan buku teks utama sebagai sumber belajar utama. Pastikan kamu memahami materi yang ada di buku ini dengan baik. Gunakan buku teks pendamping untuk memperkaya pembelajaran dan meningkatkan pemahaman. Pilihlah buku yang sesuai dengan kebutuhan dan minat belajarmu. Konsultasikan dengan guru jika kamu masih bingung dengan materi yang ada di buku teks. Guru dapat membantumu memahami materi dengan lebih baik. Jangan lupa untuk menggunakan sumber belajar lain yang tersedia, seperti internet, perpustakaan, dan guru. Belajarlah dengan aktif dan kreatif agar lebih mudah memahami materi. Kesimpulan: Buku teks utama dan buku teks pendamping adalah dua sumber belajar yang penting untuk membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal. Pahami perbedaannya dan gunakanlah keduanya dengan tepat. Semoga bermanfaat!

Scroll to Top